Monday, November 28, 2016

should I marry you ?

setelah lama ditinggalkan. ada kata yang harus terucapkan. tentang perasaan yang benci dikatakan untuk sebuah frasa bernama pernikahan.
aku harus memahami ..
bahwa umur lebih dekat dengan kubur..
bahwa jiwa hanya untuk harta dunia..
bahwa hati sudah tidak bisa lagi sepi..
tapi terlalu banyak syukur yang sering diingkari oleh kufur..
sehingga aku sudah tidak tau lagi harus bagaimana caranya mengukur..
mengukur diri dengan siapa aku harus habiskan semu..
yang aku tau.. dari sejak dahulu.. doa ku tak pernah luput dari nama mu,,
tapi terlalu banyak takut yang berkelabut..
karena restu tidak semudah menyundut semut..
konon katanya .. menikah itu menyatukan dua keluarga ..
tapi bukan salah iman yang tak sama .. hanya pengakuan yang tak diterima ..
sementara sang raja belum berkata-kata apa-apa.. maka aku bisa apa ..
hanya bisa bermimpi kalau ini hanya sekeping hati yang hampir mati karena ulahku sendiri.
meng-ingin-i.. tanpa berpikir dua kali .. sungguh .. tak ada kata sesal dihati untuk mencintai mu sampai nanti ..
namun jika benar Tuhan sudah menggariskan takdir setiap hamba, seharusnya tidak ada lagi perasaan duka.. merasa kecewa .. dan terluka .. yang ada hanya aku dan kamu bahagia ..
aah ! aku ingin menangis saja dipelukan ibunda.